Friday, March 19, 2021

Sufi Sejati Nasehati Khalifah

Sufi Sejati Nasehati Khalifah


 

Al-fudhail Ibnu Iyad At-Tamimi seorang tokoh sufi sejati. Kesibukan Al-Fudhail dalam berzikir kepada Allah SWT. telah membuat dia tidak peduli kepada raja dan para khalifah. Dia tidak memerlukan harta kekayaan atau kemewahan dari mereka, dan dia tidak meminta kepada siapa pun, kecuali hanya kepada Allah SWT. yang senantiasa memberi anugrah kepada makhluk insani.


Pada suatu hari, ketika khalifah Harun Al-Rasyid menunaikan ibadah haji, khalifah pergi ke rumah Ibnu Rabi'. Dia menyuruh pengawalnya untuk memanggilnya.

 

Maka Ibnu Rabi' pun segera menyambut panggilan khalifah: "Wahai Amirul Mukminin, andaikata tadi menyuruh seseorang untuk memanggilku, maka aku akan segera datang kepadamu."

 

Jawab Harun al-Rasyid: "Celaka kamu, kini aku sedang bingung, coba panggilkan seorang ulama. Aku akan bertanya kepadanya."

 

Kata Ibnu Rabi ’ : "Di sini ada Sufyan Ibnu Uyainah."

 

Kemudian kami berkunjung ke rumah Sufyan Ibnu Uyainah. Setelah khalifah Harun al-Rasyid berbincang-bincang dengannya, maka dia memberi hadiah kepada Sufyan Ibnu Uyainah sejumlah uang untuk melunasi hutang-hutangnya, dan Sufyan Ibnu Uyainah pun mau menerima pemberian tersebut.

 

Tetapi Khalifah Harun al-Rasyid masih belum merasa puas, dan dia masih perlu mencari ulama yang lain, maka Ibnu Rabi' mengajaknya berkunjung ke rumah seorang ulama lain bernama Abd ar-Razaq Ibnu al-Human. Setelah khalifah Harun al-Rasyid duduk di hadapan ulama tersebut dan mendengarkan nasihatnya, maka sebelum pulang khalifah memberikan uang kepada ulama itu dan ulama itu pun menerimanya pula.

 

Ternyata khalifah Harun al-Rasyid masih belum puas juga mendengar nasehat ulama tadi, dia berkata kepada Ibnu Rabi: "Tunjukkan kepadaku seorang ulama lain karena masalah ini masih mengganjal pada diriku".

 

Maka Ibnu Rabi' mengajak khalifah Harun Al-Rasyid datang ke rumah Al-Fudhail Ibn Iyad. Setibanya di rumah Al-Fudhail, tampak cara penyambutan Al-Fudhail kepada khalifah Harun a-Rasyid sangat berbeda dengan cara penyambutan Sufyan Ibnu Uyainah dan Abd ar-Razaq ibnu al-Haman. Jika Sufyan Ibnu Uyainah dan Abd ar-Razaq ibnu al-Human menyambut khalifah Harun al-Rasyid dengan tergesa-gesa datang menyongsong ke depan pintu rumahnya, demikian pula mereka mau menerima uang yang diberikan Oleh khalifah Harun al-Rasyid kepada mereka berdua, lain halnya dengan Al-Fudhail, ketika khalifah Harun al Rasyid datang padanya, dia sedang mendirikan shalat dan membaca kitab suci Al-Qur'an. Setelah Al-Fudhail selesai mendirikan shalat, khalifah Harun Al-Rasyid mengetuk pintu rumahnya, dia bertanya, "Ada urusan apa khalifah Harun Al-Rasyid datang kepadaku?" kemudian dia turun dan membukakan pintu rumahnya, ketika dia menjabat tangan khalifah Harun Al-Rasyid, maka Al-Fudhail  pun berkata: "Alangkah halusnya telapak tangan ini, sungguh beruntung andaikan telapak tangan ini kelak dapat selamat dari siksaan Allah SWT."

 

Maka khalifah Harun al-Rasyid berkata kepadanya: "Ambillah semua harta yang kami bawa untukmu."

 

Akan tetapi al-Fudhail Ibn Iyad hanya berkata: "Dulu ketika Umar ibnu al-'Aziz menjadi khalifah dia pernah mengundang ketiga ulama tersebut: "Sesungguhnya aku sedang diuji oleh Allah SWT. dengan kekhalifahan ini, maka berilah aku petunjuk dalam melaksanakannya". Umar ibnu Abd al-'Aziz mengungkap kedudukan ini sebagai nikmat. Nasihat inilah yang disukai khalifah.

 

Khalifah Harun al-Rasyid berkata kepada Al-Fudhail, "Nasihat apa yang disampaikan ketiga ulama tersebut kepada khalifah Umar ibnu Abd al-'Aziz?".

 

Jawab Al-Fudhail,

"Salim berkata kepada khalifah Umar ibnu Abd al-Aziz, "Wahai khalifah, jika tuan ingin selamat dari siksaan Allah SWT. pada hari kiamat kelak, maka jauhilah kesenangan duniawi dan ingatlah kepada kematian".

 

Sedangkan Muhammad ibn Ka'ab memberi nasihat: "Jika tuan ingin selamat dari siksaan Allah SWT, hendaknya tuan menganggap semua orang tua dari kaum Muslim in sebagai bapak, menganggap orang muda sebagai saudara, dan menganggap anak kecil dari mereka sebagai anak. Kemudian hormatilah orang yang kamu anggap bapak, dan hormatilah orang yang kamu anggap saudara serta sayangilah anak-anak yang kamu anggap sebagai anakmu".

 

Ada pun Raja'lbnu Hayawah memberi nasihat, "Jika tuan ingin selamat dari siksa Allah SWT. pada hari kiamat kelak, hendaklah tuan mencintai kaum Muslimin sebagaimana tuan mencintai diri tuan sendiri, dan jauhkan dari kaum Muslimin segala yang tidak mereka senangi, sebagaimana yang tuan lakukan pada diri tuan sendiri. Kemudian matilah tuan sebagaimana yang tuan inginkan,"

 

Aku katakan kepadamu wahai khalifah: "Sesungguhnya aku sangat mengkhawatirkan dirimu pada hari kiamat dimana kaki-kaki banyak yang tergelincir ke dalam neraka .

 

Kemudian A-Fudhail bertanya kepada khalifah “Adakah kamu mempunyai penasihat yang senantiasa memberi petunjuk padamu sebagaimana yang dilakukan oleh Umar ibnu Abd al-Aziz?" Mendengar ucapan itu khalifah Harun al-Rasyid menangis sejadinya.

 

Ketika Ibn Rabi' berkata pada Al-Fudhail ibnu Iyad, "Kasihanilah Amirul Mukminin (khalifah Harun al-Rasyid)."

 

A-Fudhail berkata: "Wahai Ibn Rabi', apakah kamu dan kawan-kawanmu akan membunuhnya? Demikian itulah cara aku mengasihani dia."

Al-Fudhail berpendapat bahwa kemunafikan berarti membunuh khalifah, sedangkan nasihat berarti memberikan kehidupan.

 

Meskipun Al-Fudhail berterus terang dalam memberikan nasihat kepada khalifah Harun al-Rasyid, khalifah tetap menangis setiap kali disebutkan mengenai besarnya tanggung jawabnya kelak di hadapan Allah SWT. Ketika khalifah Harun al-Rasyid hendak kembali, dia bertanya kepada Al-Fudhail, "Adakah kamu mempunyai hutang?"

 

Jawab Al-Fudhail: "Ya, hutang kepada Allah SWT. yang mana aku harus mempertanggungjawabkannya, maka celakalah aku jika allah SWT, bertanya kepadaku dan menuntut aku agar mempertanggungjawabkannya, dan celakalah aku bila tidak dapat memberikan alasan yang tepat."

 

Khalifah Harun d-Rasyid berkata: "Sesungguhnya yang aku maksud adalah hutang piutang kepada manusia," Dia menyuruhku agar aku meng-Esakan-Nya dan menaati perintah Nya sebagaimana firman Allah:

 

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku, Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka, Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pemberi rezeki, Yang Mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh." (Adz-Dzariyat:56-58)

 

Kemudian khalifah Harun al-Rasyid berkata: "Terimalah uang 1.000 dinar untuk kamu berikan kepada keluargamu dan untuk menunjang ibadahmu."

 

Tetapi Al-Pudhail menolaknya dan berkata: "Subhanallah, aku hanya menunjukkan kamu jalan menuju keselamatan, mengapa kamu membalasku seperti ini? Semoga Allah SWT memberikan kesejahteraan dan taufik kepadamu."

 

Setelah itu khalifah Harun al-Rasyid dan ibnu Rabi' keluar, ketika masih di luar pintu, khalifah Harun al-Rasyid berkata kepada Ibnu Rabi': "Jika kamu menunjukkan kepadaku seorang ulama, tunjukkanlah aku ulama yang seperti ini. Inilah imam kaum muslimin yang sejati."

 

Sementara itu, istri Al-Fudhail keluar menghampiri Al-Fudhail dan berkata: "Tidakkah kamu tahu, kita sedang dalam kesulitan; jika kamu menerima uang itu, maka itu akan meringankan kita?"

 

Kata Al-Fudhail kepada istrinya: "Perumpamaan aku dan kamu ini bagaikan satu kaum yang mempunyai unta, mereka upah tenaga dari unta itu, setelah unta itu besar mereka menyembelihnya dan makan dagingnya."

 

Ketika khalifah Harun Al-Rasyid mendengar pembicaraan Al-Fudhail dan istrinya, maka dia berkata kepada Ibnu Ra'bi, "Ayo kita kembali, barangkali Al-Fudhail mau menerima uang dari kita."

 

Tetapi Al-Fudhail tetap pada pendiriannya, dan tidak mau menerima sedikit pun dari uang itu.

 

Blog ini dibuat untuk amankan file-file ringkasan bermanfaat tentang agama dan lainya,tersimpan diflasdisk saya yang mungil nan usang umurnya,guna dapat dibaca kembali agar diri ini teringat pelajaran yang terlupa baik sengaja maupun tidak.Perjalanan manusia tidak sama,begitu pula backgroundnya,ada manusia dari balita,remaja,dewasa,muda dan tua slalu beruntung diikuti hidup serba cukup,sehingga apa yang diharapkan ortunya maupun dirinya sendiri mudah tergapai, pun ada pula manusia sebaliknya.Begitulah kuasa Allah SWT membagi manusia agar kita dapat mengambil hikmah,slalu bersyukur,ikhlas ,taat dan taqwa serta usah ada terlintas putus asa.Tiap insan Khalifah bagi dirinya memerangi bala tentara Iblis,yaitu setan gemar menggoda,bertujuan agar kita buta mata dan hati sehingga menabrak aturan main yang diridloi-Nya.Dibalik pelik detak kemiskinan slalu terselip jalan menggapai bintang.Semoga informasi yang saudara seagama harapkan tersedia disini.Terima Kaseh.