Ulama akhirat itu mempunyai tanda-tanda dapat kita cermati ,yaitu ada delapan tanda:
1).Tidak berharap dengan ilmunya
kepada duniawi atau pangkat dunia.Tanda-tanda tidak berharap duniawi itu
banyak, seperti beranggapan hinanya duniawi dan agungnya akhirat.
Duniawi
dengan akhirat bertentangan, jika mendapatkan yang satu tentu kehilangan yang
lain, sehingga bersyukur dan senang menjadi fakir asalkan kaya akhirat.
2).Ucapannya cocok dengan prilakunya,artinya
mendahului melaksanakan barang yang diperintah juga mendahului menjauh dari
barang yang dicegah.
3).Kesungguhan dalam ilmu yang
menjadikan senang ibadah dan berbakti kepada Allah, seperti shalat, puasa,
membaca Al Qur'an, shalawat, dzikir, serta wirid dan lain-lainnya. Dan mencegah
serta menjauhi ilmu yang menjadikan cinta duniawi.
Menjauhi
ilmu yang menjadikan pertengkaran dan berdebat, yang menjadikan ucapan dengan
dihiasi kesalahan-kesalahan lidah sehingga menimbulkan permusuhan.
4).Menghindari makanan yang
lezat-lezat dan menjauhi bermewah-mewahan , rumah dan perkakasnya dan
juga menjauhi pakaian yang serba indah untuk berhias dan senang menerima apa
adanya serta ekonomis dalam semua perongkosannya.
5).Menjauhi untuk bergaul dan
masuk kerumahnya para penguasa negara, kecuali bila ada perlu memberi
nasihat atau mencegah penganiayaan atau karena hendak menolong dan memberi
syafaat kepada yang terkena penyakit moral. Jika memang benar-benar untuk
keperluan tersebut, maka diperbolehkan masuk ke rumah para penguasa negara.
6).Ulama' akhirat itu tidak
terburu-buru memberikan fatwanya, yang artinya bila hendak memberi fatwa
lebih dahulu diangan-angan/dipertimbangkan dan dicocokkan dengan nasihat para
Ulama' yang dari Alqur'an dan hadits. Bahkan kadang-kadang berkata: Hendaklah
bertanya kepada Ulama' lain yang lebih alim dan biasa memberi fatwa. Dan juga
tidak mau ijtihad, ia lebih senang menurut dan taqlid kepada Ulama'-Ulama'
terdahulu. Yang demikian itu bila tidak menjadi fardlu ain, sebab dalam
kitab-kitab Madzhab tidak ada dan tidak ditemukan Mujtahid lain.
Ketika
menemui kesukaran dan tidak dapat memecahkan suatu masalah yang ditanyakan,
maka berterus terang tanpa malu-malu mengatakan: Saya tidak mengerti.
7).Menerapkan ilmunya untuk
mencari supaya memperoleh pahala yang agung pada akhirnya. Karena itu
bersungguh-sungguh untuk mengejar ilmu bathin, artinya mencari-obatnya hati
seperti Hasud, congkak, iri hati dan lain sebagainya. Dan suka melaksanakan
Muraqabatul Qalbi untuk mempelajari dan membiasakan Muraqabah. Dan selalu
mengharap terbukanya ilmu akhirat yang tumbuh dan timbul sebab mujahadah
menghadap kepada Allah Ta'aalaa disaat keadaan sunyi serta sucinya hati dari
memikirkan duniawi, maka terbukalah jalannya ilmu akhirat, dan mengalirlah sumbernya
hikmah dari hati nurani.
Sucinya hati
dan saat sunyi menghadap kepada Allah itu adalah sebagai kunci untuk memperoleh
ilham dan menjadi sumber terbukanya hati nurani.
8). Berpegang teguh taqlid dalam
syariat agama dan kepada penglihatan hati nurani dan bersih dari kehendak hawa
nafsu.
